Posted by : Eka Selasa, 06 Januari 2015




BAB I
PENDAHULUAN
1.        Lingkup bahasan
Bab ini membahas perbedaan karakteristik instrumen pengumpulan data yang bersifat mengukur (tes) dengan yang menghimpun (nontes), karakteristik dan penggunaan macam-macam instrumen pengukuran dan pengumpulan data, hubungan antara bentuk instrumen dengan teknik analisis.

Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Tujuan untuk mengetahui (goal of knowing) haruslah dicapai dengan menggunakan metode atau cara-cara yang efisien dan akurat. 
Pada bagian selanjutnya dibahas penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian, penyusunan butir-butir instrumen yang bersifat mengukur, dan yang bersifat menghimpun, penyusunan kisi-kisi dan butir-butir pernyataan instrumen skala sikap, perhitungan normalitas sebaran jawaban dan daya pembeda skala sikap.
2.        Rumusan Masalah
a.    Apa saja Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian?
b.    Bagaimana bentuk penyusunan Instrumen penelitian?
c.    Apa yang dimaksud dengan validitas dan realiabilitas instrumen dalam penelitian?

3.        Tujuan
Selesai mendalami bab ini, pembaca diharapkan dapat :
1)        Menjelaskan perbedaan karakteristik instrumen pengumpulan data yang bersifat menhukur (tes) dengan yang menghimpun (nontes).
2)        Menjelaskan karakteristik dan penggunaan macam-macam instrumen pengukuran dan pengumpulan data.
3)        Menjelaskan hubungan antara teknik pengumpulan data dengan bentuk instrumen dan teknik analisis.

4)        Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen penelitian.
5)        Menyusun butir-butir instrumrn yang bersifat mengukur.
6)        Menyusun butir-butir instrumrn yang bersifat menghimpun.
7)        Menyusun kisi-kisi dan butir-butir pernyataan instrumen skala sikap.
8)        Menghitung normalitas sebaran jawaban dan daya pembeda skala.



















BAB II
PEMBAHASAN

1.             Teknik pengumpulan data
Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter.

A.  Wawancara
Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kulaitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok, seperti wawancara dengan suatu keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka, dll. Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh dari data individu dilaksanakan secara individual.

B.  Angket
Angket atau kuisioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga berisi pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara, bisa bermacam-macam, yaitu :

1.    Angket pertanyaan terbuka
Angket berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.




2.    Angket berstruktur
Pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara berstruktur disamping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan atau sub pernyataan.

3.    Angket tertutup
Pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

Karena angket dijawab atau di isi sendiri oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusunan angket perlu diperhatikan beberapa hal :
1.    Sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar dan petunjuk pengisian. Dalam pengantar dijelaskan maksud pengedaran angket, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terimakasih kepada responden. Petunjuk pengisian menjelaskan bagaimana cara menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang tersedia.

2.    Butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak cucu. Dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan tertutup sebaiknya hanya berisi satu pesan (message) sederhana, sedang dalam pertanyaan atau pernyataan terbuka bisa berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu pesan yang tidak terlalu kompleks. Dalam pertanyaan atau pernyataan berstruktur, untuk anak pertanyaan atau subpernyataan sebaiknya hanya berisi satu pesan yang tidak terlalu kompleks.


3.    Untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya. Untuk pernyataan atau pertanyaan tertutup tekah disediakan alternatif jawaban dan tiap alternatif hanya berisi satu pesan sederhana. Jawaban atau respon dari responden

dapat langsung diberikan pada alternatif jawaban, atau menggunakan lembar jawaban khusus bersatu atau terpisah dari lembar pertanyaan atau pernyataan. Untuk menghindari kekeliruan sebaiknya jawaban atau respon langsung diberikan pada alternatif jawaban, atau menggunakan kolom jawaban yang bersatu dengan pertanyaan atau pernyataan.

C.  Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kapala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory participation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut serta sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Kedua jenis observasi ini ada kelebihan dan kekurangannya antara lain:
1.        Kelebihan observasi partisipatif
Individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi sehingga situasi dan kegiatan akan berjalan lebih wajar.

2.        Kelemahan observasi partisipatif
Pengamat harus melakukan dua kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan disamping melakukan pengamatan.

Dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut peran aktif seluruh peserta kedua kegiatan dapat dilakukan dengan baik, tetapi dalam kegiatan yang menuntut peran aktif semua anggota atau peserta hal itu bukan sesuatu yang mudah. Karena terlalu fokus terhadap kegiatan kelompok maka bisa lupa terhadap tugas pengamatan. Sebaliknya pada observasi nonpartisipatif, pengamat dapat lebih terfokus dan seksama melakukan pengamatan, tetapi karena peserta tahu kehadiran pengamat


sedang melakukan pengamatan, maka perilaku atau kegiatan individu-individu yang diamati bisa menjadi kuarng wajar atau dibuat-buat.

Seperti halnya dalam wawancara, sebelum melakukan pengamatan sebaiknya peneliti atau pengamat menyiapkan pedoman observasi. Dalam penelitian kualitatif, pedoman observasi ini hanya berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang akan diobservasi. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan dilapangan dalam proses pelaksanaan observasi. Dalam penelitian kuantitatif pedoman observasi dibuat lebih rinci, untuk penelitian tertentu dapat berbentuk ceklis.

 Adapun dua macam bentuk format pedoman observasi untuk penelitian kuantitatif :
1.    Berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi. Dalam pelaksanaan pencatatan observasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati.

2.    Berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati.
Pedoman observasi dapat juga disusun dalam bentuk skala. Skala dapat berbentuk skala deskriptif seperti: baik sekali – baik – cukup – kurang – kurang sekali atau sering sekali - sering -  kadang-kadang – jarang -  jarang sekali. Pedoman observasi dapat juga disusun dalam skala bentuk garis, rentang-rentang diatas diletakkan diatas garis.
Butir-butir kegiatan atau perilaku dalam pedoman observasi yang menggunakan bentuk ceklis atau skala dapat diberi angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistik.

D.  Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen-

tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Jika fokus penelitianya berkenaan dengan kebijakan pendidikan, dan tujuanya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang dicari adalah dokumen-dokumen undang-undang, kepres, pp, kepmen, kurikulum, pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang berkenaan dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.

2.             Teknik Pengukuran
Teknik lain yang biasa digunakan dalam penelitian adalah teknik pengukuran. Teknik pengukuran bersifat mengukur, karena menggunakan instrumen standar atau telah distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk angka-angka. Instrumen yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam dua macam yaitu tes dan skala.

a.    Test
Test pada umumnya bersifat mengukur. Tes yang digunakan dalam pendidikan biasa dibedakan antara tes hasil belajar (achievment teste) dan tes psikologis (psychologycal tests).

1.        Tes hasil belajar
Tes hasil belajar dapat disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut tujuan atau fungsinya tes hasil belajar ini dibedakan antara tes diagostik, penempatan, formatif dan sumatif. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur atau mendiagnosis kelemahan atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan. Tes penempatan mengukur penguasaan atau keunggulan siswa. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antara teman sekelas maupun dalam penguasaan target materi. Tes sumatif ditujukan utuk mengukur penguasaan  siswa pada akhir periode pendidikan, akhir cawu, semester atau tahun.




2.        Tes psikologis
Tes psikologis digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi dari para siswa. Kecakapan ini dibedakan antara kecakapan potensial atau kapasitas (capacity) dan kecakapan nyata (achievment). Kecakapn  potensial merupakan suatu kecakapan yang dimiliki individu dari kelahiranya, atau disebut juga kecakapan bawaan. Sedangkan kecakapan nyata adalah kecakapan yang sudah dikuasai, sudah bisa dinyatakan, dilakukan sekarang dan dikembangkan atau berkembang dari kecakapan potensial.

Kecakapan potensial atau kapasitas biasa dibedakan dalam dua kategori, yaitu kecakapan potensial umum (general potensial ability) atau disubut juga kecerdasan atau intelegensi (intelligence), dan kecakapan potensial khusus (special potential ability) atau bakat (aptitude).

Untuk mengukur kecakapan potensial baik umum maupun khusus dan kecakapan hasil belajar atau prestasi belajar digunakan tes, tetapi ada perbedaan jenis tes diantara kedua kelompok kecakapan ini. Untuk mengukur kecakapan potensial bail umum maupun khusus digunakan tes standar, sedangkan tes hasil belajar umumnya dikelompokan sebagai tes buatan guru (teacher made test).

b.   Skala
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka. Ada beberapa macam skala, yaitu skala deskriptif, garis, pilihan wajib, pembandingan pasangan dan daftar cek.

1.    Skala Deskriptif (descriptive rating scale)
Mengikuti bentuk skala sikap dari likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabanya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau pernyataan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan dalam persetujuan, yang dimulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju.


2.    Skala Garis (Graphic Rating Scale)
Hampir sama dengan skala deskriptif, respon dari responden tidak dalam bentuk persetujuan, tetapi bisa bervariasi sesuai dengan rumusan pertanyaan atau pernyataan.

3.    Skala Pilihan Wajib (Force Choice)
Digunakan untuk mengukur minat skala ini berbentuk pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban atau respon yang berkenaan dengan minat.

4.    Skala Pembandingan Pasangan (Paired Comparison)
Digunakan untuk persepsi, penilaian atau minat terhadap suatu objek yang berbentuk kegiatan institusi, organisasi, benda, kesenian, kebudayaan dsb.

5.    Daftar Cek (Check List) 
Bentuk skala yang berisi sejumlah pernyataan singkat yang harus direspon dengan membubuhkan tanda cek. Penggunaan daftar cek sangat luas. Bisa untuk mengukur pendapat, persepsi, kegiatan, kebiasaan, pengalaman, juga untuk mengidentifikasi sesuatu.

3.             Validitas dan reliabilitas instrumen
Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan reliabilitas.

a.    Validitas instrumen
Validitas instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Beberapa karakteristik validitas yaitu :
1.    Validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari penggunaan istrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebuit benar-benar mengukur aspek atau segi yang diukur.
2.    Validitas menunjukan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
3.    Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.

Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas isi, konstruk, dan kriteria. Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen validitas kriteria. Berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen tersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria.
b.      Reliabilitas instrumen
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instruman memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Ada dua metode untuk menguji reliabilitas suatu instruman, pertama metode tes – retes, dan kedua metode paruh. Dalam metode tes – retes pengujian dilakukan dua atau tiga kali terhadap sempel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Sedangkan dalam metode paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor – nomor butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor dari butir – butir soal genap.

4.             Penyusunan Instrumen
a.      Bentuk instrumen
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala diskriptif ataupun skala garis. Sedangkan instrumen yang berbentuk petanyaan atau pernyataan dengan jawaban terbuka,dapat dibedakan antara yang jawabannya terbuka sama sekali dengan yang jawabannya diarahkan pada hal – hal tertentu.

b.      Bentuk data
Ada dua bentuk data yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen berbentuk tes atau instrumen yang bersifat mengukur dapat diperoleh data kuantitatif

ordinal, interval dan rasio. Sedangkan pada instrumen nontes atau bersifat menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal, interval atau rasio, tetapi data nominal, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban.

c.       Hubungan antara Teknik Pengumpulan Data dengan Bentuk Instrumen
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan. Untuk penelitian kuantitatif teknik yang digunakan adalah angket, wawancara, observasi, studi dokumenter, tes, dan skala. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumenter dan studi kepustakaan.
Dalam penelitian kuantitatif, baik angket, wawancara, observasi maupun studi dokumenter, umumnya dapat digunakan bentuk atau format instrumen: kategorial, skala ordinal, skala interval, skala rasio dan checklist. Dalam penelitian kualitatif bentuk – bentuk instrumen yang menghasilkan angka – angka tidak bisa digunakan. Yang biasa digunakan adalah bentuk diskriptif naratif kualitatif.

d.      Hubungsan antara Bentuk Instrumen dengan Analisis Data
Bentuk instrumen akan menentukan jenis data yang diperoleh. Instrumen dengan bentuk alternatif jawaban kategorial akan menghasilkan data nominal. Data ini akan menunjukkan jumlah atau frekuensi setiap alternatif jawaban. Instrumen dengan bentuk alternatif jawaban skala ordinal, akan menghasilkan data ordinal. Dat ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial nonparametrik, khususnya korelasi.
Sedangkan instrumen dengan bentuk alternatif jawaban skala interval dan rasio, menghasilkan data interval dan rasio. Data ini dapat dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial parametrik, menggunakan hampir semua jenis teknik analisis data, seperti korelasi, regresi, diterminasi parsial dan ganda menggunakan rumus product moment dari pearson, analisis varians dan analisis kovarians.

e.       Pembuatan Kisi –kisi Penyusunan Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen penelitian disusun, perlu dibuat dulu kisi – kisi penyusunan instrumen tersebut. Kisi – kisi penyusunan instrumen minimal memuat tiga

komponen, yaitu variabel atau aspek yang akan diukur atau dihimpun datanya, teknik pengumpulan data, dan sumber data atau responden. Jika variabel atau aspeknya terlalu luas, maka perlu dibagi atau diurai atas sub variabel atau sub aspek. Setiap variabel-sub variabel atau aspek-sub aspek diurai atau dirinci menjadi diskripsi keadaan, kegiatan atau perilaku yang dapat diukur atau diamati.

f.        Penyusunan Butir – butir Instrumen yang Bersifat Mengukur
Berpedoman pada kisi – kisi yang telah dibuat, disusunlah butir – butir pertanyaan-pernyataan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan butir – butir pertanyaan atau pernyataan instrumen yang bersifat mengukur. Pertama, pertanyaan atau pernyataan hanya berisi satu pesan. Kedua, dirumuskan dengan kalimat yang pendek, tetapi lengkap dan jelas. Ketiga, dihindari perumusan kalimat yang berbelit, menjebak atau mengarahkan pada jawaban tertentu.

g.      Penyusunan Butir – butir instrumen yang bersifat Menghimpun
Instrumen yang berbentuk menghimpun dapat menggunakan bentuk pertanyaan atau pernyataan tertutup dan terbuka. Untuk pertanyaan atau pernyataan tertutup, ketiga prinsip penyusunan instrumen mengukur berlaku, tetapi untuk instrumen terbuka, hanya prinsip kedua dan ketiga yang perlu menjadi pegangan utama.

5.             Penyusunan dan Pengujian Skala Sikap
a.      Skala sikap
 Skala sikap yang banyak digunakan dan diadopsi untuk pengukuran segi – segi afektif yang lain adalah model likert. Model likert menggunakan skala diskriptif (SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala diskriptif ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan pernyataan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap sesuatu objek.

Sikap merupakan kencenderungan perbuatan dan respon terhadap suatu objek. Kecenderungan sikap dapat berbentuk penerimaan atau penolakan terhadap objek tersebut. Jika suatu objek diterima, maka subjek cenderung mendekat pada objek, jika objek ditolak, maka subjek cenderung menjauh dari objek.

b.      Instrumen Skala Sikap
Penerimaan atau sikap positif dan penolakan atau sikap negatif tersebut dapat dinyatakan dengan persetujuan atau tidak setuju terhadap pernyataan tentang suatu objek. Dalam pemberian nilai, setuju terhadap pernyataan bermuatan positif diberi nilai plus, tidak setuju diberi nilai min, dan ragu – ragu diberi nilai 0.

c.       Penyusunan Butir – butir Pernyataan
Penyusunan instrumen berbentuk skala sikap, sama dengan bentuk lain diawali dengan perumusan definisi dan variabel yang akan diukur secara operasional. Beberapa pegangan dalam penyusunan skala sikap, yaitu:
1)      Butir – butir pernyataan dikembangkan dari kisi – kisi penyusunan instrumen
2)      Satu butir pernyataan hanya berisi satu pesan, tidak boleh lebih dari satu
3)      Butir pernyataan ada yang bermuatan positif dan ada yang negatif
4)      Jumlah pernyataan yang bermuatan positif dan negatif harus sama
5)      Muatan butir pernyataan tidak ada yang netral
6)      Rumusan kalimat singkat dan jelas, tidak bersifat mengecoh
7)      Pernyataan bermuatan negatif, tidak menggunakan kata tidak
8)      Tidak menggunakan kata yang bersifat frekuensi: sering, jarang dll.
















BAB III
KESIMPULAN

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter. Sedangkan teknik pengukuran yang dapat digunakan adalah dengan tes dan skala. Dalam penelitian juga perlu dilakukan tes validitas dan reliabilitas instrumen, agar persyaratan dalam penyusunan instruman terpenuhi. Setelah mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data dan pengukurannya maka diharapkan agar dalam melakukan penelitian dapat menggunakan teknik pengumpulan dan pengukuran yang sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan.
























DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Jakarta

Sukmadinata Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumlah Pengunjung

- Copyright © Belajar Bersama -