- Back to Home »
- Instrumen penelitian , Teknik pengumpulan data , validitas dan realiabilitas instrumen dalam penelitian »
- TEKNIK PENGUMPILAN DATA
Posted by : Eka
Selasa, 06 Januari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Lingkup bahasan
Bab ini membahas perbedaan
karakteristik instrumen pengumpulan data yang bersifat mengukur (tes) dengan
yang menghimpun (nontes), karakteristik dan penggunaan macam-macam instrumen pengukuran
dan pengumpulan data, hubungan antara bentuk instrumen dengan teknik analisis.
Metode pengumpulan data dalam
kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang
diteliti. Tujuan untuk mengetahui (goal
of knowing) haruslah dicapai dengan menggunakan metode atau cara-cara yang
efisien dan akurat.
Pada bagian selanjutnya dibahas
penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian, penyusunan butir-butir instrumen
yang bersifat mengukur, dan yang bersifat menghimpun, penyusunan kisi-kisi dan
butir-butir pernyataan instrumen skala sikap, perhitungan normalitas sebaran
jawaban dan daya pembeda skala sikap.
2.
Rumusan Masalah
a. Apa saja Teknik pengumpulan data yang
dapat digunakan dalam penelitian?
b. Bagaimana bentuk penyusunan Instrumen penelitian?
c. Apa yang dimaksud dengan validitas dan
realiabilitas instrumen dalam penelitian?
3.
Tujuan
Selesai
mendalami bab ini, pembaca diharapkan dapat :
1)
Menjelaskan
perbedaan karakteristik instrumen pengumpulan data yang bersifat menhukur (tes)
dengan yang menghimpun (nontes).
2)
Menjelaskan
karakteristik dan penggunaan macam-macam instrumen pengukuran dan pengumpulan
data.
3)
Menjelaskan
hubungan antara teknik pengumpulan data dengan bentuk instrumen dan teknik
analisis.
4)
Menyusun
kisi-kisi pembuatan instrumen penelitian.
5)
Menyusun
butir-butir instrumrn yang bersifat mengukur.
6)
Menyusun
butir-butir instrumrn yang bersifat menghimpun.
7)
Menyusun
kisi-kisi dan butir-butir pernyataan instrumen skala sikap.
8)
Menghitung
normalitas sebaran jawaban dan daya pembeda skala.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teknik pengumpulan data
Ada
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi
dokumenter.
A.
Wawancara
Wawancara
atau interviu (interview) merupakan
salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
penelitian deskriptif kulaitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya
untuk menghimpun data dari kelompok, seperti wawancara dengan suatu keluarga,
pengurus yayasan, pembina pramuka, dll. Wawancara yang ditujukan untuk
memperoleh dari data individu dilaksanakan secara individual.
B.
Angket
Angket
atau kuisioner (questionnaire) merupakan
suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan
datanya juga berisi pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon
oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara, bisa bermacam-macam, yaitu :
1. Angket pertanyaan terbuka
Angket
berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan pokok yang bisa dijawab atau
direspon oleh responden secara bebas. Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian
yang memberikan arah dalam pemberian jawaban atau respon sesuai dengan
persepsinya. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon
sesuai dengan persepsinya.
2. Angket berstruktur
Pertanyaan
atau pernyataan sudah disusun secara berstruktur disamping ada pertanyaan pokok
atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan atau sub pernyataan.
3. Angket tertutup
Pertanyaan
atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang
tinggal dipilih oleh responden kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif
jawaban.
Karena
angket dijawab atau di isi sendiri oleh responden dan peneliti tidak selalu
bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusunan angket perlu
diperhatikan beberapa hal :
1. Sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan
ada pengantar dan petunjuk pengisian. Dalam pengantar dijelaskan maksud
pengedaran angket, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terimakasih kepada
responden. Petunjuk pengisian menjelaskan bagaimana cara menjawab pertanyaan
atau merespon pernyataan yang tersedia.
2. Butir-butir pertanyaan dirumuskan secara
jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak
terlalu panjang dan tidak beranak cucu. Dalam butir-butir pertanyaan atau
pernyataan tertutup sebaiknya hanya berisi satu pesan (message) sederhana, sedang dalam pertanyaan atau pernyataan
terbuka bisa berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu pesan yang tidak
terlalu kompleks. Dalam pertanyaan atau pernyataan berstruktur, untuk anak
pertanyaan atau subpernyataan sebaiknya hanya berisi satu pesan yang tidak
terlalu kompleks.
3. Untuk setiap pertanyaan atau pernyataan
terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon
dari responden secukupnya. Untuk pernyataan atau pertanyaan tertutup tekah
disediakan alternatif jawaban dan tiap alternatif hanya berisi satu pesan
sederhana. Jawaban atau respon dari responden
dapat langsung
diberikan pada alternatif jawaban, atau menggunakan lembar jawaban khusus
bersatu atau terpisah dari lembar pertanyaan atau pernyataan. Untuk menghindari
kekeliruan sebaiknya jawaban atau respon langsung diberikan pada alternatif
jawaban, atau menggunakan kolom jawaban yang bersatu dengan pertanyaan atau
pernyataan.
C. Observasi
Observasi
(observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa
berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kapala sekolah yang sedang
memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam
observasi partisipatif (participatory
participation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
pengamat ikut serta sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam
observasi nonpartisipatif (nonparticipatory
observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Kedua jenis observasi ini ada
kelebihan dan kekurangannya antara lain:
1.
Kelebihan
observasi partisipatif
Individu-individu
yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi sehingga situasi dan
kegiatan akan berjalan lebih wajar.
2.
Kelemahan
observasi partisipatif
Pengamat
harus melakukan dua kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan disamping
melakukan pengamatan.
Dalam
kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut peran aktif seluruh peserta kedua
kegiatan dapat dilakukan dengan baik, tetapi dalam kegiatan yang menuntut peran
aktif semua anggota atau peserta hal itu bukan sesuatu yang mudah. Karena
terlalu fokus terhadap kegiatan kelompok maka bisa lupa terhadap tugas
pengamatan. Sebaliknya pada observasi nonpartisipatif, pengamat dapat lebih
terfokus dan seksama melakukan pengamatan, tetapi karena peserta tahu kehadiran
pengamat
sedang melakukan
pengamatan, maka perilaku atau kegiatan individu-individu yang diamati bisa
menjadi kuarng wajar atau dibuat-buat.
Seperti
halnya dalam wawancara, sebelum melakukan pengamatan sebaiknya peneliti atau
pengamat menyiapkan pedoman observasi. Dalam penelitian kualitatif, pedoman
observasi ini hanya berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan
yang akan diobservasi. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan
dilapangan dalam proses pelaksanaan observasi. Dalam penelitian kuantitatif
pedoman observasi dibuat lebih rinci, untuk penelitian tertentu dapat berbentuk
ceklis.
Adapun dua macam bentuk format pedoman
observasi untuk penelitian kuantitatif :
1.
Berisi
butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi. Dalam pelaksanaan pencatatan
observasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang
diamati.
2.
Berisi
butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang
diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda
cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu
yang diamati.
Pedoman
observasi dapat juga disusun dalam bentuk skala. Skala dapat berbentuk skala
deskriptif seperti: baik sekali – baik – cukup – kurang – kurang sekali atau
sering sekali - sering - kadang-kadang –
jarang - jarang sekali. Pedoman
observasi dapat juga disusun dalam skala bentuk garis, rentang-rentang diatas
diletakkan diatas garis.
Butir-butir
kegiatan atau perilaku dalam pedoman observasi yang menggunakan bentuk ceklis
atau skala dapat diberi angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara
kuantitatif menggunakan analisis statistik.
D. Studi
Dokumenter
Studi
dokumenter (documentary study)
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen-
tertulis,
gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai
dengan tujuan dan fokus masalah. Jika fokus penelitianya berkenaan dengan
kebijakan pendidikan, dan tujuanya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan
untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang dicari adalah dokumen-dokumen
undang-undang, kepres, pp, kepmen, kurikulum, pedoman-pedoman sampai dengan
juklak dan juknis yang berkenaan dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.
2.
Teknik Pengukuran
Teknik
lain yang biasa digunakan dalam penelitian adalah teknik pengukuran. Teknik
pengukuran bersifat mengukur, karena menggunakan instrumen standar atau telah
distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk
angka-angka. Instrumen yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam
dua macam yaitu tes dan skala.
a.
Test
Test
pada umumnya bersifat mengukur. Tes yang digunakan dalam pendidikan biasa
dibedakan antara tes hasil belajar (achievment teste) dan tes psikologis
(psychologycal tests).
1.
Tes
hasil belajar
Tes
hasil belajar dapat disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut tujuan atau
fungsinya tes hasil belajar ini dibedakan antara tes diagostik, penempatan,
formatif dan sumatif. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur atau mendiagnosis
kelemahan atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan. Tes
penempatan mengukur penguasaan atau keunggulan siswa. Tes formatif mengukur
tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antara teman sekelas maupun dalam
penguasaan target materi. Tes sumatif ditujukan utuk mengukur penguasaan siswa pada akhir periode pendidikan, akhir
cawu, semester atau tahun.
2.
Tes
psikologis
Tes
psikologis digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan
karakteristik pribadi dari para siswa. Kecakapan ini dibedakan antara kecakapan
potensial atau kapasitas (capacity) dan kecakapan nyata (achievment).
Kecakapn potensial merupakan suatu
kecakapan yang dimiliki individu dari kelahiranya, atau disebut juga kecakapan
bawaan. Sedangkan kecakapan nyata adalah kecakapan yang sudah dikuasai, sudah
bisa dinyatakan, dilakukan sekarang dan dikembangkan atau berkembang dari
kecakapan potensial.
Kecakapan
potensial atau kapasitas biasa dibedakan dalam dua kategori, yaitu kecakapan
potensial umum (general potensial ability) atau disubut juga kecerdasan atau
intelegensi (intelligence), dan kecakapan potensial khusus (special potential
ability) atau bakat (aptitude).
Untuk
mengukur kecakapan potensial baik umum maupun khusus dan kecakapan hasil
belajar atau prestasi belajar digunakan tes, tetapi ada perbedaan jenis tes
diantara kedua kelompok kecakapan ini. Untuk mengukur kecakapan potensial bail
umum maupun khusus digunakan tes standar, sedangkan tes hasil belajar umumnya
dikelompokan sebagai tes buatan guru (teacher made test).
b.
Skala
Skala
merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh
hasil ukur yang berbentuk angka. Ada beberapa macam skala, yaitu skala
deskriptif, garis, pilihan wajib, pembandingan pasangan dan daftar cek.
1. Skala Deskriptif (descriptive rating
scale)
Mengikuti
bentuk skala sikap dari likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang
jawabanya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau
pernyataan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan dalam persetujuan, yang
dimulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak
setuju.
2. Skala Garis (Graphic Rating Scale)
Hampir
sama dengan skala deskriptif, respon dari responden tidak dalam bentuk
persetujuan, tetapi bisa bervariasi sesuai dengan rumusan pertanyaan atau pernyataan.
3. Skala Pilihan Wajib (Force Choice)
Digunakan
untuk mengukur minat skala ini berbentuk pernyataan yang diikuti oleh sejumlah
alternatif jawaban atau respon yang berkenaan dengan minat.
4. Skala Pembandingan Pasangan (Paired
Comparison)
Digunakan
untuk persepsi, penilaian atau minat terhadap suatu objek yang berbentuk
kegiatan institusi, organisasi, benda, kesenian, kebudayaan dsb.
5. Daftar Cek (Check List)
Bentuk
skala yang berisi sejumlah pernyataan singkat yang harus direspon dengan
membubuhkan tanda cek. Penggunaan daftar cek sangat luas. Bisa untuk mengukur
pendapat, persepsi, kegiatan, kebiasaan, pengalaman, juga untuk
mengidentifikasi sesuatu.
3.
Validitas dan reliabilitas instrumen
Dalam
penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi
persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen
penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan reliabilitas.
a. Validitas instrumen
Validitas
instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau
aspek yang diukur. Beberapa karakteristik validitas yaitu :
1. Validitas sebenarnya menunjuk kepada
hasil dari penggunaan istrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu
instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebuit benar-benar mengukur aspek
atau segi yang diukur.
2. Validitas menunjukan suatu derajat atau
tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak
valid.
3. Validitas instrumen juga memiliki
spesifikasi tidak berlaku umum.
Ada beberapa macam validitas, yaitu
validitas isi, konstruk, dan kriteria. Validitas isi berkenaan dengan isi dan
format dari instrumen. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk atau
struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen
validitas kriteria. Berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi
yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain
yang menjadi kriteria. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor
yang diperoleh dari penggunaan instrumen tersebut dengan skor dari instrumen
lain yang menjadi kriteria.
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas
berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu
instruman memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut
digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif
sama. Ada dua metode untuk menguji reliabilitas suatu instruman, pertama metode
tes – retes, dan kedua metode paruh. Dalam metode tes – retes pengujian
dilakukan dua atau tiga kali terhadap sempel yang sama. Hasilnya dihitung
dengan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Sedangkan
dalam metode paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari
nomor – nomor butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor dari
butir – butir soal genap.
4.
Penyusunan Instrumen
a.
Bentuk instrumen
Instrumen
tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif
jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala
jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari
likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala
diskriptif ataupun skala garis. Sedangkan instrumen yang berbentuk petanyaan
atau pernyataan dengan jawaban terbuka,dapat dibedakan antara yang jawabannya
terbuka sama sekali dengan yang jawabannya diarahkan pada hal – hal tertentu.
b.
Bentuk data
Ada
dua bentuk data yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen berbentuk
tes atau instrumen yang bersifat mengukur dapat diperoleh data kuantitatif
ordinal, interval dan
rasio. Sedangkan pada instrumen nontes atau bersifat menghimpun dengan jawaban
berstruktur, jawaban tersebut dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka
tersebut bukan skor atau data ordinal, interval atau rasio, tetapi data
nominal, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban.
c.
Hubungan antara Teknik Pengumpulan Data dengan
Bentuk Instrumen
Ada
beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian
pendidikan. Untuk penelitian kuantitatif teknik yang digunakan adalah angket,
wawancara, observasi, studi dokumenter, tes, dan skala. Dalam penelitian
kualitatif teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah wawancara,
observasi, studi dokumenter dan studi kepustakaan.
Dalam
penelitian kuantitatif, baik angket, wawancara, observasi maupun studi
dokumenter, umumnya dapat digunakan bentuk atau format instrumen: kategorial,
skala ordinal, skala interval, skala rasio dan checklist. Dalam penelitian
kualitatif bentuk – bentuk instrumen yang menghasilkan angka – angka tidak bisa
digunakan. Yang biasa digunakan adalah bentuk diskriptif naratif kualitatif.
d.
Hubungsan antara Bentuk Instrumen dengan Analisis
Data
Bentuk
instrumen akan menentukan jenis data yang diperoleh. Instrumen dengan bentuk
alternatif jawaban kategorial akan menghasilkan data nominal. Data ini akan
menunjukkan jumlah atau frekuensi setiap alternatif jawaban. Instrumen dengan
bentuk alternatif jawaban skala ordinal, akan menghasilkan data ordinal. Dat
ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial
nonparametrik, khususnya korelasi.
Sedangkan
instrumen dengan bentuk alternatif jawaban skala interval dan rasio,
menghasilkan data interval dan rasio. Data ini dapat dianalisis dengan
menggunakan statistik inferensial parametrik, menggunakan hampir semua jenis
teknik analisis data, seperti korelasi, regresi, diterminasi parsial dan ganda
menggunakan rumus product moment dari pearson, analisis varians dan analisis
kovarians.
e.
Pembuatan Kisi –kisi Penyusunan Instrumen Penelitian
Sebelum
instrumen penelitian disusun, perlu dibuat dulu kisi – kisi penyusunan
instrumen tersebut. Kisi – kisi penyusunan instrumen minimal memuat tiga
komponen, yaitu
variabel atau aspek yang akan diukur atau dihimpun datanya, teknik pengumpulan
data, dan sumber data atau responden. Jika variabel atau aspeknya terlalu luas,
maka perlu dibagi atau diurai atas sub variabel atau sub aspek. Setiap
variabel-sub variabel atau aspek-sub aspek diurai atau dirinci menjadi
diskripsi keadaan, kegiatan atau perilaku yang dapat diukur atau diamati.
f.
Penyusunan
Butir – butir Instrumen yang Bersifat Mengukur
Berpedoman
pada kisi – kisi yang telah dibuat, disusunlah butir – butir
pertanyaan-pernyataan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
penyusunan butir – butir pertanyaan atau pernyataan instrumen yang bersifat
mengukur. Pertama, pertanyaan atau pernyataan hanya berisi satu pesan. Kedua,
dirumuskan dengan kalimat yang pendek, tetapi lengkap dan jelas. Ketiga,
dihindari perumusan kalimat yang berbelit, menjebak atau mengarahkan pada
jawaban tertentu.
g.
Penyusunan Butir – butir instrumen yang bersifat
Menghimpun
Instrumen
yang berbentuk menghimpun dapat menggunakan bentuk pertanyaan atau pernyataan
tertutup dan terbuka. Untuk pertanyaan atau pernyataan tertutup, ketiga prinsip
penyusunan instrumen mengukur berlaku, tetapi untuk instrumen terbuka, hanya
prinsip kedua dan ketiga yang perlu menjadi pegangan utama.
5.
Penyusunan dan Pengujian Skala Sikap
a.
Skala sikap
Skala sikap yang banyak digunakan dan diadopsi
untuk pengukuran segi – segi afektif yang lain adalah model likert. Model
likert menggunakan skala diskriptif (SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala diskriptif
ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan pernyataan
persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap sesuatu objek.
Sikap
merupakan kencenderungan perbuatan dan respon terhadap suatu objek.
Kecenderungan sikap dapat berbentuk penerimaan atau penolakan terhadap objek
tersebut. Jika suatu objek diterima, maka subjek cenderung mendekat pada objek,
jika objek ditolak, maka subjek cenderung menjauh dari objek.
b. Instrumen Skala Sikap
Penerimaan
atau sikap positif dan penolakan atau sikap negatif tersebut dapat dinyatakan
dengan persetujuan atau tidak setuju terhadap pernyataan tentang suatu objek. Dalam
pemberian nilai, setuju terhadap pernyataan bermuatan positif diberi nilai
plus, tidak setuju diberi nilai min, dan ragu – ragu diberi nilai 0.
c. Penyusunan Butir – butir Pernyataan
Penyusunan
instrumen berbentuk skala sikap, sama dengan bentuk lain diawali dengan
perumusan definisi dan variabel yang akan diukur secara operasional. Beberapa
pegangan dalam penyusunan skala sikap, yaitu:
1) Butir – butir pernyataan dikembangkan
dari kisi – kisi penyusunan instrumen
2) Satu butir pernyataan hanya berisi satu
pesan, tidak boleh lebih dari satu
3) Butir pernyataan ada yang bermuatan
positif dan ada yang negatif
4) Jumlah pernyataan yang bermuatan positif
dan negatif harus sama
5) Muatan butir pernyataan tidak ada yang
netral
6) Rumusan kalimat singkat dan jelas, tidak
bersifat mengecoh
7) Pernyataan bermuatan negatif, tidak
menggunakan kata tidak
8) Tidak menggunakan kata yang bersifat
frekuensi: sering, jarang dll.
BAB III
KESIMPULAN
Ada
beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu
wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter. Sedangkan teknik pengukuran
yang dapat digunakan adalah dengan tes dan skala. Dalam penelitian juga perlu
dilakukan tes validitas dan reliabilitas instrumen, agar persyaratan dalam
penyusunan instruman terpenuhi. Setelah mengetahui bagaimana teknik pengumpulan
data dan pengukurannya maka diharapkan agar dalam melakukan penelitian dapat
menggunakan teknik pengumpulan dan pengukuran yang sesuai dengan jenis
penelitian yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar
Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka
Pelajar. Jakarta
Sukmadinata
Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung