Posted by : Eka Jumat, 03 April 2015

A.  Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, dengan secara lisan dan dengan tes perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut adanya pembedaan dalam pemeriksaan hasil-hasilnya. Cara melakukan pemeriksaan atau koreksi dalam rangka
penilaian hasil yang diperoleh dari ketiga jenis adalah :

1.    Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
Tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective tes = essay test) dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, maka teknik pemeriksaan hasil-hasilnya berbeda.
a.    Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian
Dalam melakukan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan alat berupa tes hasil belajar bentuk uraian adalah, bahwa setelah soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester membuat kunci jawaban. Pemeriksaanya dengan jalan membandingkan antara jalan yang diberikan oleh testee dengan kunci jawaban yang sebelumnya telah disusun oleh tester.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil-hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1.      Apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak
2.      Apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu didasarkan pada standar relatif.
Apabila antinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaanya adalah :
1)   Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee untuk setiap butir soal tes uraian dan membandingkannya dengan kunci jawaban.
2)   Atas dasar hasil pembandingan antara jawaban testee dengan kunci jawaban yang telah disiapkan, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya dibagian kiri dari jawaban testee.
3)   Menjumlahkan skor yang diberikan kepada testee.
Adapun nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relatif (diamana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaanya adalah :
1)   Memeriksa atas jawaban butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada. Setelah pemeriksaan terhadap seluruh jawaban item nomor 1 dapat diselesaikan, maka tester akan menjadi tahu, testee mana yang jawabannya paling lengkap atau sebaliknya.
2)   Memberi skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee; misal, jawaban lengkap diberi skor 2, kurang lengkap skor 1, dan yang tidak memberi jawaban skor 0.
3)   Setelah pemerisaan jawaban butir soal nomor 1 dari seluruh testee dapat diselesaikan, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap jawaban butir soal nomor 2 dengan cara yang sama.
4)   Memberi skor jawaban soal nomor 2 dari seluruh testee, dengan cara yang sama.
5)   Dan seterusnya sampai selesai.
6)    Setelah jawaban seluruh butir soal yang diberikan oleh testee dapat diselesaikan, kemudian penjumlahan skor (sebagai bahan pengolahan dan penentuan nilai).

b.    Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk obyektif
Mengoreksi jawaban soal tes obyektif pada umumnya dilakukan denagn jalan menggunakan kunci jawaban, diantaranya :
1.    Kunci berdamping (strip keys)
Kunci jawaban berdamping terdiri atas jawaban benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah.  Adapun cara menggunakannyadengan meletakkan kunci jawaban berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa.

Kunci Jawaban :
No :
1.    S
2.    B
3.    B
dan seterusnya...


Lembar Jawaban :
No :
1.    B –
2.    B +
3.    S –
dan seterusnya....
Jawaban yang cocok dengan kunci jawaban ditulis dengan tanda (+), sedangkan jawaban yang tidak cocok ditulis dengan tanda (-).





2.    Kunci sistem karbon (carbon system keys)
Lembar jawaban

Kunci jawaban
Nomor
B
S
Nomor
B
S
1
X

1

X

2
X

2
X

X
3

X
3

X

4
X

4


5

X
5

X
......dan seterusnya.....
.....dan seterusnya.....

Diatas adalah contoh hasil pekerjaan testee, dimana testee diminta membubuhkan tanda silang (x) pada salah satu yang meneurut jawaban testee adalah merupakan jawaban yang benar.
Kunci jawaban ini diletakkan diatas lembaran jawaban yang telah ditumpang karbon, pada kunci jawaban telah dibubuhi tanda berupa lingkaran untuk setiap jawaban yang benar. Jawaban tesstee yang berada diluar lingkaran adalah salah. Sedangkan jawaban yang berada didalam lingkarang adalah benar.
3.    Kunci sistem tusukan (pinpirck system keys)
Kunci sistem tusukan pada hakekatnya hampir sama dengan sistem karbon. Letak perbedaanya adalah, bahwa pada kunci jawaban sistem kunci jawaban tusukan ini untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan jarum atau paku besar atau penusuk lainnya, sementara lembar jawaban (pekerjaan testee) berada dibawahnya. Apabila pilihan jawaban benar, maka lubang yang terjadi pada kunci jawaban akan tepat di tengah lingkaran yang disediakan. Apabila pilihannya salah, maka lubang yang terjadi akan berada di luar lingkaran.

4.    Kunci berjendela (window keys)
Apabila kunci berjendela ini akan kita gunakan untuk mengoreksi jawaban testee, maka prosedur kerja yang kita tempuh adalah sebagai berikut:
1.    Ambillah blanko lembar jawaban yang masih kosong (belum dipergunakan).
2.    Pilihan jawaban yang betul kita beri lubang (bulatan) seolah olah seperti jendela.
3.    Lembar jawaban kita letakkan di bawah kunci berjendela.
4.    Melalui lubang-lubang (jendela-jendela) tadi kita buat garis vertical dengan pensil berwarna. Jika garis-garis vertical itu tepat mengenai tanda silang yang dibuat oleh testee pada lembar jawaban, maka ini berarti bahwa jawaban testee adalah betul.

                        Contoh fisik kunci berjendela, adalah sebagai berikut :

Lembar jawaban

Kunci jawaban
Nomor
B
S
Nomor
B
S
1

x
1

x
2
x

2

3
x

3
x

4

x
4

x
5

x
5

......dan seterusnya.....
.....dan seterusnya.....

Sebagai catatan perlu ditambahkan bahwa sehubungan dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kunci jawaban soal tes obyektif dalam bentuk kunci berjendela ini, selain menggunakan lembaran-lembaran kertas juga dapat menggunakan plastik transparan. Lebih dari itu, dengan lembar-lembar jawaban soal ujian yang sudah dipersiapkan secara matang, pengoreksiannya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa komputer, khususnya pada tes-tes seleksi dimana jumlah testee sangat banyak dan hasil tes seleksi itu perlu diumumkan dalam waktu yang singkat, seperti : penmaru atau UMPTN.

2.  Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Lisan
Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban-jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya cenderung bersifat subyektif. Hal ini kiranya mudah dipahami, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar-lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan dengan individu-individu atau makhluk hidup yang masing-masing mempunyai ciri atau karakteristik berbeda beda, sehingga terbuka peluang bagi tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak obyekitf.
Dalam tes lisan, testee yang oleh tester sedang diperiksa (dalam hal ini didengarkan) jawabannya, kemungkinan adalah termasuk testee yang disukai oleh atau mendapatkan “simpati” dari tester atau sebaliknya, yang dihadapi tester adalah testee yang termasuk “tidak disukai”, sehingga terbuka peluang bagi tester untuk baertindak kurang atau tidak obyektif. Oleh karena itu diharapkan bagi tester dalam menguji tes secra lisan, penguji harus berusaha untuk bertindak obyektif dan tidak terpengaruh oleh subyek (testee) yang sedang dihadapinya.

Dalam hal ini, pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban testee hendaknya diendalikannya oleh pedoman yang pasti, misalnya :
a.         Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
     Jawaban harus memenuhi atau mencakup semua unsur yang seharusnya ada, sesuai dengan pedoman jawaban yang telah disusun.
b.         Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban.
     Maksudnya adalah, apakah dalam memberikan jawaban-jawaban lisan atas soal atau pertanyaan yang diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya.
c.         Kebenaran jawaban yang dikemukakan.
     Jawaban yang panjang, lebar ataupun lancar belum tentu merupakan jawaban yang benar. Oleh karena itu tester harus memperhatikan jawaban, apakah mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.
d.        Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
     Testee harus menjawab dengan yakin dan benar. Jawaban yang disampaikan dengan nada ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai materi.
e.         Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan pertanyaan lisan yang termasuk kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab dengan betul oleh testee.
            Demikianlah seterusnya, dan penguji dapat saja menambah unsur lain yang dirasa perlu untuk dijadikan bahan penilaian, seperti : kesopanan atau tingkah laku testee dalam menghadapi penguji, kerapian dalam berpakaian, disiplin waktu, dan sebagainya.
3.    Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Perbuatan
Pada tes perbuatan, ‘’pemeriksaan’’ hasil-hasil tes dilakukan dengan menggunakan observasi (pengamatan). Sasaran yang diamati adalah: tingkah laku, perbuatan, sikap dsb.
Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberi skor-skor tertentu pula. Berikut ini adalah contoh instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang melaksanakan praktek mengajar, contih “pemeriksaan” lewat observasi dalam rangka menilai komponen sosial, yang mencakup 11 unsur, dengan skor minimum 1 (paling rendah) dan skor maksimum 5 (paling baik) :

No            Unsur yang diperiksa atau diamati                                                          Skor
1. Kualitas pergaulan di sekolah dengan anak-anak                                              1 2 3 4 5
2.  Kualitas pergaulan di sekolah dengan guru pembimbing di sekolah               1 2 3 4 5
3. Kualitas pergaulan dengan guru-guru di sekolah                                              1 2 3 4 5
4.  Kualitas pergaulan dengan petugas administrasi sekolah                                 1 2 3 4 5
5.  Kerja sama dengan rekan mahasiswa berpraktek                                             1 2 3 4 5
6.  Kerja sama dengan Guru Pembimbing                                                             1 2 3 4 5
7.  Kerja sama dengan Dosen Pembimbing                                                           1 2 3 4 5
8.  Kerja sama dengan Kepala Sekolah                                                                 1 2 3 4 5
9.  Kerja sama dengan lain-lain petugas di Sekolah                                              1 2 3 4 5
10.  Kerja sama dengan Orang Tua Murid                                                            1 2 3 4 5
11.  Kerja sama dengan para petugas PPL                                                            1 2 3 4 5




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumlah Pengunjung

- Copyright © Belajar Bersama -